Friday, September 12, 2008

Lenyapnya Daulah Khilafah – Ibu kepada segala kejahatan

Lebih kurang 87 tahun (hijriyyah) yang lalu, iaitu pada 28 Rajab 1342H (3 Mac 1924), sebuah bencana besar menimpa kaum Muslimin, dan suatu kejahatan yang mengerikan telah menimpa generasi-generasi setelahnya. Suatu kejahatan yang layak disebut sebagai penghulu bagi segala bentuk kejahatan. Kejahatan itu adalah usaha penghancuran Khilafah Islam serta penyingkiran Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah Rasul-Nya Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam aspek pemerintahan sekali gus sebagai sumber utama rujukan bagi umat Islam. Akibatnya, kaum Muslimin memperoleh kemurkaan Allah dari langit dan bumi, kerana mereka telah menggantikan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia ini dengan hukum yang lain. Kaum Muslimin pun terjerat dalam berbagai perselisihan, lebih suka berdebat daripada bertindak, kebanggaan dan martabat mereka telah lenyap dan masalah-masalah di antara mereka semakin membesar. Mereka justeru menyerahkan urusan-urusan mereka kepada musuh-musuh Islam yang akhirnya merampas apa saja (kekayaan) yang umat ini miliki.

Kita telah mengetahui bahawa beberapa kelompok kaum Muslimin telah turut serta dalam usaha jahat ini, malah masih ramai lagi kaum Muslimin yang tetap berdiam diri, menerima (redha) bahkan menurutinya tanpa sedar mahupun sebaliknya.

Akibat kemurkaan-Nya di dunia, bukti-buktinya dapat dirasakan dan hasil-hasilnya tidak mampu kita hindari, yakni dominasi kaum kuffar Barat ke atas kaum Muslimin, terpecah-belahnya negeri-negeri kita serta dirampasnya harta kekayaan kita. Lebih dari itu, ramai di kalangan kita yang dibunuh, diusir, atau diseksa. Murka dari langit ke bumi telah menimpa kita hingga musuh-musuh kita telah membebankan kita dengan hukuman-hukuman yang paling buruk lagi menyeksakan dengan pelbagai jenis seksaan yang paling keji. Semua itu masih terus berlanjutan hingga kini. Dalam pada itu, perselisihan di antara umat ini semakin membesar. Berbagai bentuk konflik terjadi di antara mereka. Hancurnya negara Khilafah telah mengakibatkan terhentinya pengaturan umat berdasarkan sistem dan hukum Islam serta terkuburnya segala tindakan yang sesuai dengan al-Quran dan Sunnah. Ini adalah pelanggaran yang nyata terhadap apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan:



وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِلَيْكَ

“Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” [TMQ al-Maidah (5):49]

Tidak menerapkan hukum Allah - ini sahaja sudah cukup untuk menjadikan Allah ‘Azza wa Jalla murka. Para malaikat pemberi seksa bersiap sedia untuk menarik orang-orang yang menerapkan hukum kufur untuk dihumban ke dalam neraka Jahanam yang telah siap sedia menyambut kedatangan mereka. Na‘udzubillâhi min dzâlik.

Ibu kepada segala kejahatan ini telah membuka lebar pintu-pintu bagi orang kafir mahupun kaum munafik untuk sama-sama melakukan segala bentuk kejahatan. Di antara kejahatan besar yang dilakukan sebagai akibat dari induk segala kejahatan ini, antara lain adalah:

* Melabelkan kaum Muslimin yang ikhlas, yang berusaha untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan menegakkan kembali negara Khilafah sebagai sebuah kelompok jahat, radikal, ekstremis, teroris dan sebagainya, yang berhak mendapatkan hukuman paling berat dari negara.
* Eksploitasi pasukan polis yang dilibatkan dan diarahkan bekerja dalam bidang perisikan siang dan malam, demi melindungi rejim penguasa di negeri-negeri kaum Muslimin, memelihara sistem kufur yang diterapkan ke atas umat serta untuk memata-matai (mengintip) setiap tidak-tanduk kaum Muslimin dalam urusan sehari-hari, khususnya ke atas gerakan yang ingin mengembalikan semula Khilafah.
* Menenggelamkan kaum Muslimin dengan beraktiviti di dalam permasalahan-permasalahan hidup yang dangkal; menyibukkan mereka dengan usaha-usaha yang bersifat timbal-sulam (islahi) ke atas Islam mengikut selera penguasa, serta menghabiskan masa, tenaga dan wang umat Islam untuk aktiviti ibadah semata-mata.
* Mengikat urusan politik umat Islam dengan peraturan antarabangsa; menundukkan umat Islam pada kekuasaan kafir serta keputusan-keputusan PBB dan Dewan Keamanan; dan mencurahkan taat setia sepenuhnya kepada organisasi kufur ini, berbanding syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
* Menerapkan dan mempertahankan habis-habisan sistem ekonomi Kapitalis ke atas kaum Muslimin yang jelas lagi nyata bertunjangkan pada sistem ribawi.
* Menjalankan sistem pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan sekular yang menghancurkan mentaliti dan aqidah anak-anak kaum Muslimin, yang pada akhirnya akan mengarah pada kesempurnaan hancurnya keperibadian (syakhsiyyah) Islam mereka.
* Mengambil-alih mimbar-mimbar masjid dan pusat-pusat pendidikan serta mencegah kalimah yang hak dari dikumandangkan di masjid-masjid dan pusat-pusat pengajian, demi memenuhi keinginan nafsu serakah para penguasa sekular.
* Menempatkan Islam sama taraf dengan agama-agama lain dalam rangka persatuan antara agama-agama atau dialog antar agama, walhal perbezaan di antara Islam dan agama-agama lain teramat jelas, kerana Islamlah satu-satunya agama yang benar dan wajib ke atas semua manusia, manakala agama selainNya adalah sesat lagi kufur.
* Memecahbelahkan tanah-tanah kaum Muslimin kepada ceraian-ceraian kecil, yang mereka sebut dengan Negara Bangsa (nation state), mempropagandakan seruan-seruan kufur nasionalisme, kemudian membiarkan pemisahan wilayah-wilayah Islam dari induknya (yakni Khilafah).

Di samping itu, tunduknya penguasa-penguasa Muslim terhadap Amerika dengan penuh ketaatan adalah sebuah kejahatan politik. Apakah Zat Yang menciptakan mereka dan menciptakan Amerika tidak lebih berhak untuk ditaati dan lebih berhak disembah?

Berdiam dirinya kebanyakan kaum Muslimin dan para penguasa mereka terhadap pendudukan tanah-tanah mereka, pembantaian yang terus-menerus terhadap anak-anak dan saudara-saudara mereka oleh negara-negara kafir, serta pelanggaran terhadap kehormatan dan harga diri mereka adalah kejahatan yang menjijikkan. Hanya makhluk tercela, para perancang, dan mereka yang tidak mempunyai kehormatan terhadap diri mereka sendiri atau keluarga-keluarga merekalah yang layak melakukan hal seperti itu. Usaha-usaha dari intelektual Muslimin ‘modernis’ untuk mencipta metode-metode baru dalam hukum Islam (fiqh) yang sangat asing, seperti fiqh al-waqi’, fiqh al-muwazanah, dan fiqh al-maslahah dan yang lainnya sebenarnya adalah usaha pemalsuan terhadap agama dan sebuah kedustaan terhadap hukum Islam.

Sementara itu, orang-orang kafir dan sekutunya terus berusaha keras untuk memesongkan gambaran positif tentang negara Khilafah dari dalam benak kita. Itu ditunjukkan dengan pendustaan terhadap keterikatan Khilafah Utsmaniyyah pada sistem Islam dan mendedahkan kesalahan-kesalahan mereka. Pada waktu yang sama, orang-orang kafir turut mempromosikan kapitalisme, sekularisme, liberalisme dan pluralisme sebagai alternatif. Akibatnya, generasi kaum Muslimin saat ini mencintai kapitalisme dan seluruh fahaman (doktrin) yang menjadi terasnya kepada nasionalisme, sukuisme dan yang lainnya sekali gus membenci dan takut dengan penyebutan negara Khilafah (atau negara Islam).

Di atas semua kejahatan itu, kelibat kebangkitan sebahagian kaum Muslimin mulai tampak, seruan dan gerakan mereka juga telah terkesan. Mereka terus diamati secara teliti dan menjadi pusat perhatian musuh yang selalu memerhati dan melawan setiap perkembangan baru dari usaha-usaha mereka. Hal yang penting yang dipropagandakan musuh ke atas mereka adalah, ini golongan kaum Muslimin yang ingin menegakkan kembali Islam ini adalah golongan yang berbahaya! Pintu-pintu mahkamah zalim dan penjara-penjara mereka sentiasa terbuka sepanjang tahun untuk kita pejuang-pejuang Islam. Mereka terus menghalang dan mereka-reka kes-kes baru terhadap kita. Mereka memperlakukan kita sebagai penjenayah (terroris) serta berbuat jahat atas segala aktiviti keislaman yang kita lakukan. Perburuan mereka terhadap kelompok-kelompok Islam yang ikhlas dilakukan secara terus-menerus tanpa mengenal belas kasihan.

Di sisi lain mereka mengerahkan dana dan usaha untuk menyesatkan kaum Muslimin dengan ajaran-ajaran Islam yang ditafsirkan sesuai dengan kepentingan mereka. Pusat-pusat pendidikan Islam dengan cara mereka didirikan satu per satu. Pertemuan-pertemuan para menteri dalam negeri di negara-negara yang saat ini berkuasa di dunia Islam belum pernah berhenti. Mereka terus bertukar maklumat dan usul memantau aktiviti para pengembang dakwah Islam. Anehnya, rencana-rencana ini tidak mempengaruhi perbezaan politik mereka, yang biasanya pertemuan-pertemuan sebegini menemui jalan buntu.

Tujuan utama semua itu adalah untuk mencabut setiap usaha ikhlas yang dilakukan kaum Muslimin untuk mengembalikan kemuliaan mereka seperti dahulu dan mengulangi sejarah keagungan mereka. Kebencian dan permusuhan mereka terhadap para pengembang dakwah Islam itu sangat jelas dan dapat disaksikan di hampir seluruh negeri-negeri umat Islam seperti di Lebanon, Uzbekistan, Turki, Mesir, Algeria, Syria, Jordan, Palestin, Iraq, Yaman, Pakistan, dan beberapa negeri umat Islam yang lainnya, termasuk Malaysia. Bahkan dalam hal ini, dapat dikatakan upaya untuk melawan usaha aktivis Islam (yang ikhlas dan sungguh-sungguh untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui penegakan semula Daulah Khilafah), semakin meluas ke seluruh dunia melalui propaganda ‘perangan melawan terorisme’ (War On Terror) yang diciptakan oleh Amerika, selaku tuan kepada penguasa-penguasa Muslim pengkhianat yang ada sekarang.

Setelah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam mendirikan negara Islam pertama di Madinah al-Munawwarah, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dan generasi kaum Muslimin setelahnya yang mengikuti jejaknya mendapatkan keredhaan dan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Keagungan kemudian ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi kaum muslimin di atas dunia; berbagai negeri ditaklukkan untuk mereka; keadilan tersebar luas; dan penindasan menjadi sesuatu yang terbatas. Banyak para pemimpin yang menerima seruan mereka. Siapa saja yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakannya; siapa saja yang kafir, Allah Subhanahu wa Ta’ala menghinakannya. Para malaikat perang menghunuskan pedang-pedang mereka dan berperang berdampingan dengan barisan mujahidin kaum Muslimin, hingga kemenangan hakiki menjadi kenyataan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

“Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” [TMQ Ar-Rum (30): 47]

Inilah yang sangat kita inginkan hari ini sehingga kita berusaha secara sungguh-sungguh untuk mengulanginya lagi. Apakah nilai kehidupan kita sekarang yang berada di bawah kekuasaan thaghut dan sistem Jahiliyyah ini meningkat? Betapa baguskah keberadaan kita setelah kekuasaan Khilafah dicabut dari kita dan musuh-musuh kita muncul menguasai kita? Kita sangat memerlukan keredhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menegakkan kembali kepercayaan-Nya kepada kita setelah syarat-syarat (datangnya pertolongan dan kemenangan) dipenuhi. Dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kekuatan-Nya, kita harus mewujudkan kembali negara Khilafah berapa pun harga diri dan pengorbanan yang perlu kita bayar untuknya. Sebab, kita ingin agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menempatkan kita dalam kebahagiaan dan kemuliaan serta redha-Nya.

Hizbut Tahrir sangat mencintai anda sebagaimana kami mencintai diri kami sendiri. Oleh kerana itu, Hibut Tahrir mengajak anda dan seluruh kaum Muslimin untuk ikhlas dan bersungguh-sungguh, mengerahkan seluruh tenaga, bergabung dengan barisan para pejuang yang ikhlas dan berusaha siang dan malam, demi tujuan untuk mengembalikan kewujudan Daulah Khilafah dan meraih kembali mutiara yang telah hilang, sehingga kita memperoleh kemuliaan di di dunia dan akhirat. Sahutlah seruan kami wahai kaum Muslimin yang dirahmati Allah!

[Terjemahan dan suntingan dari artikel oleh Prof. Asim Umayra, Nablus-Palestina]

(artikel dipetik)

Sejarah Kejatuhan Khilafah - Tragedi kepada ISLAM

Lebih 80 tahun yang lalu, pada tanggal 28 Rajab 1342H (3 Mac 1924), sebuah kelompok berlatar belakang Yahudi-Masonis, yang dipimpin oleh Mustafa Kamal Attaturk laknatullah, telah mengisytiharkan pembubaran Daulah Khilafah (Khilafah Utsmaniyyah) dan menggantikannya dengan sebuah negara sekular Turki. Setelah 13 abad keemasan, Daulah Khilafah, yang merupakan kesinambungan dari Daulah Islam (Negara Islam) yang di bangun oleh Rasulullah saw, di Madinah telah dihancurkan melalui tangan seorang manusia terkutuk Mustafa Kamal. Bermula dari tanggal 28 Rajab 1342H itu, maka Daulah Khilafah yang selama ini telah membawa Islam ke seluruh penjuru alam telah lenyap dari muka bumi. Bermula dari tarikh itu juga, lenyaplah sudah sebuah Daulah Islam yang selama lebih 1400 tahun telah memberikan rahmat dan kedamaian kepada dunia amnya dan umat Islam khasnya, musnahnya sebuah Daulah Islam yang selama ini menghilangkan seluruh belenggu yang memisahkan manusia, seperti nasionalisme, patriotisme dan juga rasisme.

Tidak terhenti di situ, sebagai seorang Muslim kita harus faham bahawa penghancuran Daulah Khilafah adalah merupakan hasil sebuah senario dan rencana berabad-abad lamanya dari kaum kuffar untuk melawan Islam dan kaum Muslimin. Contoh yang nyata bahawa ini adalah perancangan jahat mereka adalah tragedi Perang Salib pada abad ke-12 serta invasi tentera Tartar ke atas Baghdad dan Damaskus pada 1258. Meskipun serangan kaum kuffar ini “berhasil”, namun tak berapa lama selepas itu, kaum Muslimin, dengan izin Allah, mampu bangkit dan mengalahkan mereka semula. Bahkan kaum Muslimin berhasil membawa Islam sampai ke benteng-benteng negara kuffar hingga hampir menembusi jantung Eropah

Dari kekalahan demi kekalahan yang mereka alami, maka segeralah kaum kuffar ini mengkaji dan cuba memahami mengapa kaum Muslimin selalu mampu merebut kembali setiap tanah yang mereka taklukkan. Oleh karena itu, kaum kuffar ini mulai mengganti taktik konvensional, yang berupa invasi militer, lalu mencuba pakai strategi yang lebih berbahaya dan dahsyat. Mereka lalu melakukan invasi ideologi dan missionaris; menanamkan rasisme dan nasionalisme; mengukuhkan agen-agen mereka dari kalangan Muslim sendiri; dan mengkolonisir negeri-negeri Islam yang jauh tempatnya dari pusat Daulah. Metode baru ini terbukti sangat efektif, sehingga akhirnya mereka berjaya menghancurkan Daulah Khilafah, tepatnya pada 28 Rajab 1342H.


Arti Penghancuran Khilafah dan Kesan-kesannya

Hancurnya Daulah Khilafah memiliki konsekuensi yang amat besar, yakni tidak diterapkannya aturan-aturan Islam, dan berlakunya hukum-hukum kufur buatan manusia yang telah mengakibatkan kemurkaan dan azab Allah. Allah Swt. berfirman:



وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Siapa saja yang berpaling dari Peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (TMQ Thaha [20]:124).

Negara Khilafah adalah negara Islam yang selama ini membawa risalah Islam ke seluruh bangsa-bangsa di dunia dengan jalan dakwah dan jihad. Hancurnya Negara Khilafah telah mengakibatkan terhentinya penyebaran Islam dan futuhat (pembukaan negeri-negeri baru). Hancurnya negara Khilafah bererti semakin mudahnya jalan kaum kafir untuk menyebarkan ajaran dan pemikiran sesat mereka ke atas anak-anak kaum Muslimin di seluruh dunia Islam.

Daulah Khilafah adalah negara Islam, yang menyatukan seluruh kaum Muslimin di bawah satu payung pemerintahan. Hancurnya Daulah Khilafah juga telah mengakibatkan perpecahan kaum Muslimin berserta negeri-negeri mereka kepada negara-negara kecil yang tidak bersatu dan tidak berdaya. Saat ini lebih dari 50 buah negara kaum Muslimin yang tercerai berai telah berdiri dengan lemahnya! Hal tersebut mengakibatkan semakin kuatnya nasionalisme, rasisme, dan patriotisme di kalangan kaum Muslimin, serta hilangnya ikatan ukhuwwah yang di dasarkan atas satu kesatuan akidah. Allah swt. berfirman:



إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu. Karena itu, sembahlah Aku. (TMQ al-Anbiya [21]:92).

Daulah Khilafah adalah negara Islam yang menjaga tanah-tanah kaum Muslimin dan kesatuan umat Islam. Hancurnya Daulah Khilafah juga telah mengakibatkan kolonisasi kaum kafir terhadap negeri-negeri umat Islam dan berdirinya pangkalan-pangkalan militer di negeri kita semua. Palestin adalah contoh yang nyata. Daulah Khilafah-lah yang selama ini menjaga Palestin dari invasi Yahudi. Namun, saat negara Islam hancur, Palestin terus berhasil diduduki oleh Yahudi laknatullah. Rasulullah saw bersabda:



«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

“Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana perisai; orang-orang berperang dengannya dan dilindungi olehnya.” (HR Muslim).

Negara Khilafah adalah negara Islam yang menjaga darah dan harta kaum Muslimin serta menjaga kekayaan negara dengan melaburkannya untuk urusan Islam dan kaum Muslimin semata-mata. Hancurnya Negara Khilafah telah mengakibatkan adanya perompakan oleh penguasa-penguasa Muslim yang zalim dan khianat, berleluasanya kemiskinan, banyaknya huru-hara dan kemaksiatan dalam negara, berleluasanya rompakan, pencurian, perzinaan, diskriminasi, eksploitasi dan melayangnya segala kekayaan umat Islam ke tangan orang-orang kafir dan kepada penguasa-penguasa pengkhianat umat. Perang saudara dan tertumpahnya darah sesama Muslim silih berganti. Jumlah korban mencecah jutaan nyawa hasil perbalahan sesama sendiri. Sifat persaudaraan sudah hilang, ketakutan kepada Allah sudah musnah, kaum Muslimin hidup hanya untuk mengejar kekayaan dan benar-benar takut untuk mati.

Wahai kaum Muslimin! Daulah Khilafah adalah Daulah Islam. Setiap individu warga negara yang pernah hidup di dalamnya merasa aman dan tenteram. Keluarga, kekayaan, harga diri, martabat, dan kehormatan mereka dijamin oleh Negara. Hancurnya Negara Khilafah telah membawa kepada segala kehancuran umat Islam seperti mana yang kita sedang saksi dan rasakan sekarang. Tidak ada lagi keamanan dan keselamatan, yang ada malah ketakutan dan kesengsaraan. Semua ini merupakan akibat aturan-aturan Islam yang melindungi seluruh individu sudah tidak diterapkan, malah diganti dengan hukum kufur penjajah dan hukum kufur rekaan tangan-tangan manusia Muslim itu sendiri.

Pasca hancurnya negara Khilafah, orang-orang kafir mengekang seluruh negara umat Islam dan mengendalikan semua urusannya, baik aspek pemerintahan, politik, media, institusi pendidikan, ekonomi, bahkan kehidupan publik dan rumah tangga sekalipun telah berjaya di serapkan ideologi Kapitalis kuffar ini.



Apa respons anda?

Bagi kaum Muslimin yang ikhlas, yang hidupnya hanya untuk Allah dan yang matinya hanya untuk Allah, mereka melihat dan memahami bahawa segala penderitaan yang dialami oleh umat Islam setelah hancurnya Khilafah, ini adalah permulaan kepada sebuah perjalanan dan perjuangan yang akan mengantarkan mereka kepada syurga Allah. Sebuah perjuangan yang mulia untuk mengembalikan semula kehidupan Islam dengan jalan menegakkan kembali Daulah Khilafah yang akan mengatur semula dunia ini dengan hukum Allah dan RasulNya. Ya inilah perjuangan yang akan dilakukan oleh pemuda-pemuda Muslim yang ikhlas, yang tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Mereka berjuang siang dan malam bagi mengejut dan membangkitkan saudara-saudara mereka yang terleka dan terlena dengan keindahan dunia yang bersifat sementara ini. Kaum Muslimin yang ikhlas ini berjuang untuk menerapkan semula sebuah kewajipan agung yang telah membawa kemuliaan kepada umat Islam satu ketika dahulu. Mereka telah menyahut seruan Allah dan seruan RasulNya untuk mengembalikan semula keagungan Islam sebagaimana yang telah dirintis oleh Rasulullah 1400 tahun yang lampau. Dan para pemuda Muslim ini yakin dengan janji dan kemenangan dari Allah dalam perjuangan mereka. Justeru, mereka menyeru agar anda semua menyahut perintah Allah dan Rasul untuk menegakkan semula Daulah Khilafah ala minhaj nubuwwah...



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila dia menyeru kalian pada sesuatu yang memberikan kehidupan kepada kalian. (QS al-Anfal [8]: 24).

(artikel dipetik)

Kesedaran Tentang KHILAFAH ISLAMIYAH

Bertahun-tahun lamanya golongan kuffar Imperialis Barat telah melakukan serangan terhadap usaha untuk menegakkan semula Khilafah. Mereka melontarkan pelbagai kata-kata dan propaganda jahat bagi menggambarkan kepada dunia bahawa gerakan yang ingin menegakkan Khilafah adalah gerakan yang ekstrem, radikal, teroris dan pelbagai macam tohmahan lagi. Mereka berusaha untuk menakutkan dunia, termasuklah dunia Islam sendiri bahawa Khilafah merupakan sebuah kekuasaan yang penuh dengan kejahatan dan kekolotan.

George W. Bush sering melemparkan kata-kata jahatnya terhadap gerakan yang ingin mendirikan semula Khilafah, antaranya “They hope to establish a violent political utopia across the Middle East, which they call caliphate, where all would be ruled according to their hateful ideology.” (“Mereka mengharapkan berdirinya sebuah entiti politik kejam yang tak masuk akal di Timur Tengah, yang mereka sebut sebagai Khilafah, di mana semuanya akan diperintah mengikut ideologi kebencian mereka”).



Mantan Perdana Menteri Britain, Tony Blair, semasa memberi komen setelah peristiwa pengeboman London menyifatkan pengebom sebagai ‘barbarian’. Tidak berhenti di situ. Blair kemudian menambah, “Undang-undang syariah di dunia Arab akan membawa kepada terbentuknya satu kekhilafahan untuk seluruh manusia dengan Islam.” Menteri Dalam Negerinya Charles Clark ketika itu pun turut memberikan pernyataan (dalam dialognya dengan para pemikir sayap kanan Amerika, The Heritage Foundation), “Kita tidak akan pernah bertolak ansur sedikit pun tentang penegakan Khilafah. Kita juga tidak akan bertolak ansur apa pun tentang pelaksanaan undang-undang (hukum) syariah.”



Banyak lagi pernyataan-pernyataan lain yang keluar dari mulut golongan kuffar ini tentang Khilafah. Seruan kepada Khilafah benar-benar telah digambarkan dengan gambaran yang jahat oleh mereka dan mereka sering mengaitkannya dengan keganasan. Padahal, usaha umat Islam untuk menegakkan Khilafah, sejak Khilafah dihancurkan pada 3 Mac 1924, ternyata berjalan tanpa kekerasan sedikit pun. Dan perjuangan ini tidak lain merupakan perjuangan politik semata-mata. Ia adalah perjuangan politik dalam usaha umat Islam untuk mewujudkan semula institusi politik antarabangsa yang telah runtuh ini.

.

Namun, dengan usaha yang bersungguh-sungguh dari Hizbut Tahrir dan dengan pertolongan Allah SWT, semua propaganda jahat kuffar itu dapat di atasi sedikit demi sedikit. Seruan menegakkan Khilafah yang dilaungkan oleh Hizbut Tahrir di seluruh dunia telah membuka mata umat Islam dari masa ke semasa. Thariqah (metode) dakwah tanpa kekerasan yang diambil Hizbut Tahrir ini telah semakin di terima di seluruh negara umat Islam mahupun negara kaum kuffar sekalipun. Hal ini sesungguhnya semakin menakutkan kuffar Barat (akan kemunculan semula Khilafah). Kaum Muslimin di seluruh dunia mulai sedar dan menganggap perjuangan ini sebagai agenda utama (vital) dan hukumnya wajib. Kaum Musliimin juga mula sedar bahawa Khilafah merupakan satu-satunya alternatif bagi atas segala kerosakan, kezaliman, penjajahan, perpecahan, kekacauan dan pembunuhan dan sebagainya yang kini sedang melanda dunia Islam.



Di sepanjang bulan Rajab yang lepas, Hizbut Tahrir telah menganjurkan banyak seruan, konferens, seminar dan demonstrasi aman di seluruh dunia, yang didukung oleh ratusan ribu kaum Muslimin yang dengan jelas menyokong tegaknya Khilafah. Hizbut Tahrir menjelaskan metode intelektual dan politik untuk menegakkan Khilafah, tanpa perlu menggunakan kekerasan. Nas-nas syarak yang jelas dan sejarah sepanjang lebih 1,400 tahun pun telah membuktikan bahawa Khilafahlah satu-satunya sistem pemerintahan yang wajib, sahih dan adil bagi umat manusia. Dengan janji dan izin Allah, Khilafahlah nanti yang akan memimpin dunia dan akan menggantikan sistem kufur Demokrasi yang penuh kebohongan dan kejahatan saat ini.



Pada bulan Rajab tahun lepas (1428H), di London, lebih dari 2,500 orang telah menghadiri Konferens Khilafah yang diadakan di Alexandria Palace, London, yang digambarkan oleh akhbar New York Times sebagai “Serangan Pertama terhadap Para Pengkritiknya”. Di kota Ramalah, Palestin, lebih dari 12,000 kaum Muslimin telah menghadiri longmarch (perarakan) yang menyerukan penegakan Khilafah. Di Sudan, ratusan ulama’ kaum Muslimin telah mengikuti dialog tentang Khilafah. Di Malaysia, Belanda, Yaman, Ukraine dan Lebanon dan lain-lain negara lagi, ribuan manusia telah berkumpul untuk menyokong, mendengar dan membicarakan tentang Khilafah. Pendek kata, kaum Muslimin telah mula sedar dan bangkit bahawa Khilafah merupakan satu-satunya jalan dan masa depan bagi umat Islam. Sementara itu, konferens Khilafah Internasional di Indonesia telah dihadiri oleh lebih kurang 100,000 umat Islam dari seluruh dunia yang menyatakan sokongan yang begitu kuat dari setiap Muslim untuk menegakkan Khilafah. Al-Jazeera, BBC, Reuters dan lain-lain media internasional melaporkan tentang himpunan terbesar umat Islam ini yang menginginkan Khilafah.



Manakala pada bulan Rajab tahun ini pula, Hizbut Tahrir di seluruh dunia sekali lagi memperingatkan kaum Muslimin akan kewajipan menegakkan kembali Khilafah. Di Palestin, Pakistan, Yaman, Bangladesh dan lain-lain, seruan untuk menegakkan kembali Khilafah bergema di jalan-jalan di seluruh negara berkenaan. Di Palestin, bukan sahaja Muslimin, ribuan Muslimah turun dan berhimpun di jalan-jalan bagi melaungkan seruan yang mulia ini. Di Malaysia, seruan dilaungkan oleh Hizbut Tahrir Malaysia dari Utara hingga ke Selatan tanah air secara serentak selepas solat Jumaat 28 Rajab yang lalu. Alhamdulillah, sambutan umat Islam di seluruh dunia kini amat memberangsangkan dan kebanyakan mereka memberi sokongan penuh kepada usaha menegakkan kembali institusi politik agung umat Islam ini.



Wahai kaum Muslim yang mulia!



Sesungguhnya Khilafah bukanlah monopoli salah satu kumpulan atau kelompok Islam. Khilafah adalah sistem politik Islam yang sama-sama kita harapkan akan tertegak satu hari nanti. Sistem tersebut merupakan satu kefardhuan yang agung, yang telah Allah SWT tetapkan. Seruan-seruan yang dikumandangkan Hizbut Tahrir di seluruh dunia, selain menjelaskan adanya kekuatan yang tengah membimbing kaum Muslimin menuju tegaknya Khilafah, juga telah berjaya meruntuhkan berbagai fitnah dan serangan yang dipenuhi kedengkian, berbagai kritikan yang keliru, serta berbagai kebohongan yang telah dihembuskan oleh musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin selama bertahun-tahun yang lalu. Kaum Muslimin semakin sedar bahawa menjadi kewajiban bagi setiap Muslim untuk memperjuangkan penegakan semula Khilafah serta mendukung gerakan Islam yang memperjuangkannya.



Justeru, mari kita bergabung dengan saudara-saudara kita di seluruh dunia dan saling bahu-membahu dalam perjuangan mereka demi mewujudkan Daulah Khilafah, yang akan mengembalikan kemuliaan umat Islam. Firman Allah SWT,


“Wahai orang-orang yang beriman! Jadikanlah diri kamu pembela-pembela (agama) Allah sebagaimana (penyokong-penyokong) Nabi Isa Ibni Maryam (ketika ia) berkata kepada penyokong-penyokongnya itu: "Siapakah penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada Allah (dengan menegakkan agamaNya)?" mereka menjawab: "Kamilah pembela-pembela (agama) Allah..." [TMQ as-Saf (61):14].

DAULAH KHILAFAH ISLAMIYAH

Secara ringkas, Imam Taqiyyuddin An Nabhani mendefinisikan Daulah Khilafah sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum Syariat Islam dan mengembang risalah Islam ke seluruh penjuru dunia (Imam Taqiyyuddin An Nabhani, Nizhamul Hukmi fil Islam).

Dari definisi ini, jelas bahawa Daulah Khilafah adalah hanya satu untuk seluruh dunia. Kerana nas-nas syara’ (nushush syar’iyah) memang menunjukkan kewajipan umat Islam untuk bersatu dalam satu institusi negara. Sebaliknya haram bagi mereka hidup dalam lebih dari satu negara.


Apa Hukumnya Mendirikan Khilafah?

Kewajipan tersebut didasarkan pada nas-nas al-Qur`an, as-Sunnah, Ijma’ Sahabat, dan Qiyas. Dalam al-Qur`an Allah SWT berfirman:

“Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai…” (TMQ. Ali-’Imran [3]: 103).

Rasulullah SAW dalam masalah persatuan umat ini bersabda: “Barangsiapa mendatangi kalian - sedang urusan (kehidupan) kalian ada di bawah kepemimpinan satu orang (Imam/Khalifah) - dan dia hendak memecah belah kesatuan kalian dan mencerai-beraikan jemaah kalian, maka bunuhlah dia!” [HR. Muslim].

Rasulullah SAW bersabda: “Jika dibai’at dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” [HR. Muslim].

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membai’at seorang Imam (Khalifah), lalu memberikan genggaman tangannya dan menyerahkan buah hatinya, hendaklah ia mentaatinya semaksima mungkin. Dan jika datang orang lain hendak mencabut kekuasaannya, penggallah leher orang itu.” [HR. Muslim].

Di samping itu, Rasulullah SAW menegaskan pula dalam perjanjian antara kaum Muhajirin - Anshar dengan Yahudi: “Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Surat Perjanjian ini dari Muhammad - Nabi antara orang-orang beriman dan kaum muslimin dari kalangan Quraisy dan Yatsrib - serta yang mengikut mereka dan menyusul mereka dan berjihad bersama-sama mereka - bahawa mereka adalah umat yang satu, di luar golongan orang lain...” (Lihat Sirah Ibnu Hisyam, Jilid II, hal. 119).

Nas-nas al-Qur`an dan as-Sunnah di atas menegaskan adanya kewajipan bersatu bagi kaum muslimin atas dasar Islam (hablullah) - bukan atas dasar kebangsaan atau ikatan palsu lainnya yang dicipta penjajah yang kafir - di bawah satu kepemimpinan, iaitu seorang Khalifah. Dalil-dalil di atas juga menegaskan keharaman berpecah-belah, di samping menunjukkan pula jenis hukuman syar’ie bagi orang yang berupaya memecah-belah umat Islam menjadi beberapa negara, iaitu hukuman mati.

Selain al-Quran dan as-Sunnah, Ijma’ Sahabat pun menegaskan pula prinsip kesatuan umat di bawah kepemimpinan seorang Khalifah. Abu Bakar Ash Shiddiq suatu ketika pernah berkata,”Tidak halal kaum muslimin mempunyai dua pemimpin (Imam).” Perkataan ini didengar oleh para Sahabat dan tidak seorang pun dari mereka yang mengingkarinya, sehingga menjadi ijma’ di kalangan mereka.

Bahkan sebahagian fuqoha menggunakan Qiyas 'sumber hukum keempat' untuk menetapkan prinsip kesatuan umat. Imam Al Juwaini berkata,”Para ulama kami (mazhab Syafi’i) tidak membenarkan akad Imamah (Khilafah) untuk dua orang…Kalau terjadi akad Khilafah untuk dua orang, itu sama halnya dengan seorang wali yang menikahkan seorang perempuan dengan dua orang laki-laki!”

Ertinya, Imam Juwaini mengqiyaskan keharaman adanya dua Imam bagi kaum muslimin dengan keharaman wali menikahkan seorang perempuan dengan dua orang lelaki yang akan menjadi suaminya. Jadi, Imam/Khalifah untuk kaum muslimin wajib hanya satu, sebagaimana wali hanya boleh menikahkan seorang perempuan dengan satu orang laki-laki, tidak boleh lebih. (Lihat Dr. Muhammad Khair, Wahdatul Muslimin fi Asy Syari’ah Al Islamiyah, majalah Al Wa’ie, hal. 6-13, no. 134, Rabi’ul Awal 1419 H/Julai 1998 M)

Jelaslah bahawa kesatuan umat di bawah satu Khilafah adalah satu kewajipan syar’i yang tak ada keraguan lagi padanya. Kerana itu, tidak menghairankan bila para imam-imam mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bersepakat bulat bahawa kaum muslimin di seluruh dunia hanya boleh mempunyai satu orang Khalifah saja, tidak boleh lebih:

“...para imam mazhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad) --rahimahumullah-- bersepakat pula bahawa kaum mulimin di seluruh dunia pada saat yang sama tidak dibenarkan mempunyai dua imam, baik keduanya sepakat mahupun tidak.” (Lihat Syaikh Abdurrahman Al Jaziri, Al Fiqh ‘Ala Al Madzahib Al Arba’ah, jilid V, hal. 416) Hukum menegakkan Khilafah itu sendiri adalah wajib, tanpa ada perbezaan pendapat di kalangan imam-imam mazhab dan mujtahid-mujtahid besar yang alim dan terpercaya.

Siapapun yang menelaah dalil-dalil syar’ie dengan cermat dan ikhlas akan menyimpulkan bahawa menegakkan Daulah Khilafah hukumnya wajib atas seluruh kaum muslimin. Di antara argumentasi syar’ie yang menunjukkan hal tersebut.


Dalil Al-Quran

Di dalam al-Quran memang tidak terdapat istilah Daulah yang bererti negara. Tetapi di dalam al-Quran terdapat ayat yang menunjukkan wajibnya umat memiliki pemerintahan/negara (ulil amri) dan wajibnya menerapkan hukum dengan hukum-hukum yang diturunkan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian.” (TMQ. An-Nisaa` [4]: 59).

Ayat di atas telah memerintahkan kita untuk mentaati Ulil Amri, iaitu Al Haakim (Penguasa). Perintah ini, secara dalalatul iqtidha`, bererti perintah pula untuk mengadakan atau mengangkat Ulil Amri itu, seandainya Ulil Amri itu tidak ada, sebab tidak mungkin Allah memerintahkan kita untuk mentaati pihak yang eksistensinya tidak ada. Allah juga tidak mungkin mewajibkan kita untuk mentaati seseorang yang keberadaannya berhukum mandub.

Maka menjadi jelas bahawa mewujudkan ulil amri adalah suatu perkara yang wajib. Tatkala Allah memberi perintah untuk mentaati ulil amri, bererti Allah memerintahkan pula untuk mewujudkannya. Sebab adanya ulil amri menyebabkan terlaksananya kewajipan menegakkan hukum syara’, sedangkan mengabaikan terwujudnya ulil amri menyebabkan terabaikannya hukum syara’. Jadi mewujudkan ulil amri itu adalah wajib, kerana kalau tidak diwujudkan akan menyebabkan terlanggarnya perkara yang haram, iaitu mengabaikan hukum syara’ (tadhyii’ al hukm asy syar’ie).

Di samping itu, Allah SWT telah memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengatur urusan kaum muslimin berdasarkan hukum-hukum yang diturunkan Allah SWT. Firman Allah SWT:

“Maka putuskanlah perkara di antara di antara mereka dengan apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (dengan) meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (TMQ. Al-Ma’idah [5]: 48).

“Dan putuskanlah perkara di antara di antara mereka dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari apa yang telah diturunkan Allah kepadamu” (TMQ. Al-Ma’idah [5]: 49).

Dalam kaedah usul fiqh dinyatakan bahawa, perintah (kitab) Allah kepada Rasulullah juga merupakan perintah kepada umat Islam selama tidak ada dalil yang mengkhususkan perintah ini hanya untuk Rasulullah (Kitabur rasuli kitabun li ummatihi malam yarid dalil yukhashishuhu bihi). Dalam hal ini tidak ada dalil yang mengkhususkan perintah tersebut hanya kepada Rasulullah SAW.

Oleh kerana itu, ayat-ayat tersebut bersifat umum, iaitu berlaku pula bagi umat Islam. Dan menegakkan hukum-hukum yang diturunkan Allah, tidak mempunyai makna lain kecuali menegakkan hukum dan pemerintahan (as sultan), sebab dengan pemerintahan itulah hukum-hukum yang diturunkan Allah dapat diterapkan secara sempurna. Dengan demikian, ayat-ayat ini menunjukkan wajibnya keberadaan sebuah negara untuk menjalankan semua hukum Islam, iaitu negara Khilafah.


Dalil As-Sunah

Abdullah bin Umar meriwayatkan, “Aku mendengar Rasulullah mengatakan, ‘Barangsiapa melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, nescaya dia akan menemui Allah di Hari Kiamat dengan tanpa alasan. Dan barangsiapa mati sedangkan di lehernya tak ada bai’ah (kepada Khalifah) maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah.” [HR. Muslim].

Nabi SAW mewajibkan adanya bai’at pada leher setiap muslim dan mensifati orang yang mati dalam keadaan tidak berbai’at seperti matinya orang-orang jahiliyyah. Padahal bai’at hanya dapat diberikan kepada Khalifah, bukan kepada yang lain. Jadi hadis ini menunjukkan kewajipan mengangkat seorang Khalifah, yang dengannya dapat terwujud bai’at di leher setiap muslim. Sebab bai’at baru ada di leher kaum muslimin kalau ada Khalifah/Imam yang memimpin Khilafah.

Rasulullah SAW bersabda: “Bahawasanya Imam itu bagaikan perisai, dari belakangnya umat berperang dan dengannya umat berlindung.” [HR. Muslim]

Rasulullah SAW bersabda: “Dahulu para nabi yang mengurus Bani Israil. Bila wafat seorang nabi diutuslah nabi berikutnya, tetapi tidak ada lagi nabi setelahku. Akan ada para Khalifah dan jumlahnya akan banyak.” Para Sahabat bertanya,’Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi menjawab,’Penuhilah bai’at yang pertama dan yang pertama itu saja. Penuhilah hak-hak mereka. Allah akan meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang menjadi kewajipan mereka.” [HR. Muslim].

Rasulullah SAW bersabda: “Bila seseorang melihat sesuatu yang tidak disukai dari amirnya (pemimpinnya), maka bersabarlah. Sebab barangsiapa memisahkan diri dari penguasa (pemerintahan Islam) walau sejengkal saja lalu ia mati, maka matinya adalah mati jahiliyah.” [HR. Muslim].

Hadis pertama dan kedua merupakan pemberitahuan (ikhbar) dari Rasulullah SAW bahawa seorang Khalifah adalah laksana perisai, dan bahawa akan ada penguasa-penguasa yang memerintah kaum muslimin. Pernyataan Rasulullah SAW bahawa seorang Imam itu laksana perisai menunjukkan pemberitahuan tentang adanya faedah-faedah keberadaan seorang Imam, dan ini merupakan suatu tuntutan (thalab). Sebab, setiap pemberitahuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya, apabila mengandung celaan (adz dzamm) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk meninggalkan (thalab at tarki), atau merupakan larangan (an nahy); dan apabila mengandung pujian (al mad-hu) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk melakukan perbuatan (thalab al fi’li). Dan kalau pelaksanaan perbuatan yang dituntut itu menyebabkan tegaknya hukum syara’ atau jika ditinggalkan mengakibatkan terabaikannya hukum syara’, maka tuntutan untuk melaksanakan perbuatan itu bererti bersifat pasti (fardu). Jadi hadis pertama dan kedua ini menunjukkan wajibnya Khilafah, sebab tanpa Khilafah banyak hukum syara’ akan terabaikan.

Hadis ketiga menjelaskan keharaman kaum muslimin keluar (memberontak, membangkang) dari penguasa (as sulthan). Bererti keberadaan Khilafah adalah wajib, sebab kalau tidak wajib tidak mungkin Nabi SAW sampai begitu tegas menyatakan bahawa orang yang memisahkan diri dari Khilafah akan mati jahiliyah. Jelas ini menegaskan bahawa mendirikan pemerintahan bagi kaum muslimin statusnya adalah wajib.

Rasulullah SAW bersabda pula : “Barangsiapa membai’at seorang Imam (Khalifah), lalu memberikan genggaman tangannya dan menyerahkan buah hatinya, hendaklah ia mentaatinya semaksimal mungkin. Dan jika datang orang lain hendak mencabut kekuasaannya, penggallah leher orang itu.” [HR. Muslim].

Dalam hadis ini Rasululah SAW telah memerintahkan kaum muslimin untuk mentaati para Khalifah dan memerangi orang-orang yang merebut kekuasaan mereka. Perintah Rasulullah ini bererti perintah untuk mengangkat seorang Khalifah dan memelihara kekhilafahannya dengan cara memerangi orang-orang yang merebut kekuasaannya. Semua ini merupakan penjelasan tentang wajibnya keberadaan penguasa kaum muslimin, iaitu Imam atau Khalifah. Sebab kalau tidak wajib, nescaya tidak mungkin Nabi SAW memberikan perintah yang begitu tegas untuk memelihara eksistensinya, iaitu perintah untuk memerangi orang yang akan merebut kekuasaan Khalifah.

Dengan demikian jelaslah, dalil-dalil As Sunnah ini telah menunjukkan wajibnya Khalifah bagi kaum muslimin.


Dalil Ijma’ Sahabat

Sebagai sumber hukum Islam ketiga, Ijma’ Sahabat menunjukkan bahawa mengangkat seorang Khalifah sebagai pemimpin pengganti Rasulullah SAW hukumnya wajib. Mereka telah sepakat mengangkat Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, ridlwanullah ‘alaihim.

Ijma’ Sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan Khalifah, nampak jelas dalam kejadian bahawa mereka menunda kewajipan menguburkan jenazah Rasulullah SAW dan mendahulukan pengangkatan seorang Khalifah pengganti beliau. Padahal menguburkan mayat secepatnya adalah suatu kewajipan dan diharamkan atas orang-orang yang wajib menyiapkan pemakaman jenazah untuk melakukan kesibukan lain sebelum jenazah dikebumikan. Namun, para Sahabat yang wajib menyiapkan pemakaman jenazah Rasulullah SAW ternyata sebahagian di antaranya justeru lebih mendahulukan usaha-usaha untuk mengangkat Khalifah daripada menguburkan jenazah Rasulullah. Sedangkan sebahagian Sahabat lain mendiamkan kesibukan mengangkat Khalifah tersebut, dan ikut pula bersama-sama menunda kewajipan menguburkan jenazah Nabi SAW sampai dua malam, padahal mereka mampu mengingkari hal ini dan mampu mengebumikan jenazah Nabi secepatnya. Fakta ini menunjukkan adanya kesepakatan (ijma’) mereka untuk segera melaksanakan kewajipan mengangkat Khalifah daripada menguburkan jenazah. Hal itu tak mungkin terjadi kecuali jika status hukum mengangkat seorang Khalifah adalah lebih wajib daripada menguburkan jenazah.

Demikian pula bahawa seluruh Sahabat selama hidup mereka telah bersepakat mengenai kewajipan mengangkat Khalifah. Walaupun sering muncul perbezaan pendapat mengenai siapa yang tepat untuk dipilih dan diangkat menjadi Khalifah, namun mereka tidak pernah berselisih pendapat sedikit pun mengenai wajibnya mengangkat seorang Khalifah, baik ketika wafatnya Rasulullah SAW mahupun ketika pergantian masing-masing Khalifah yang empat. Oleh kerana itu Ijma’ Sahabat merupakan dalil yang jelas dan kuat mengenai kewajipan mengangkat Khalifah.


Dalil Dari Kaedah Syar’iyah

Ditilik dari analisis usul fiqh, mengangkat Khalifah juga wajib. Dalam usul fiqh dikenal kaedah syar’iyah yang disepakati para ulama:

“Sesuatu kewajipan yang tidak sempurna kecuali adanya sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula keberadaannya.” Menerapkan hukum-hukum yang berasal dari Allah SWT dalam segala aspeknya adalah wajib. Sementara hal ini tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna tanpa adanya kekuasaan Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Maka dari itu, berdasarkan kaedah syar’iyah tadi, eksistensi Khilafah hukumnya menjadi wajib.

Jelaslah, berbagai sumber hukum Islam tadi menunjukkan bahawa menegakkan Daulah Khilafah merupakan kewajipan dari Allah SWT atas seluruh kaum muslimin.


Pendapat Para Ulama

Seluruh imam mazhab dan para mujtahid besar tanpa kecuali telah bersepakat bulat akan wajibnya Khilafah (atau Imamah) ini. Syaikh Abdurrahman Al Jaziri menegaskan hal ini dalam kitabnya Al Fiqh ‘Ala Al Madzahib Al Arba’ah, jilid V, hal. 416:

“Para imam mazhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad) rahimahumullah telah sepakat bahawa Imamah (Khilafah) itu wajib adanya, dan bahawa umat Islam wajib mempunyai seorang imam (khalifah) yang akan meninggikan syiar-syiar agama serta menolong orang-orang yang tertindas dari yang menindasnya...”

Tidak hanya kalangan Ahlus Sunnah saja yang mewajibkan Khilafah, bahkan seluruh kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah 'termasuk Khawarij dan Mu’tazilah' tanpa kecuali bersepakat tentang wajibnya mengangkat seorang Khalifah. Kalau pun ada segelintir orang yang tidak mewajibkan Khilafah, maka pendapatnya itu tidak perlu ditolak, kerana bertentangan dengan nas-nas syara’ yang telah jelas.

Imam Asy Syaukani dalam Nailul Authar jilid 8 hal. 265 menyatakan: “Menurut golongan Syiah, minoriti Mu’tazilah, dan Asy A’riyah, (Khilafah) adalah wajib menurut syara’.” Ibnu Hazm dalam Al Fashl fil Milal Wal Ahwa’ Wan Nihal juz 4 hal. 87 mengatakan: “Telah sepakat seluruh Ahlus Sunnah, seluruh Murji`ah, seluruh Syi’ah, dan seluruh Khawarij, mengenai wajibnya Imamah (Khilafah).”

Bahawa Khilafah adalah sebuah ketentuan hukum Islam yang wajib bukan haram apalagi bid’ah - dapat kitab temukan dalam khazanah Tsaqafah Islamiyah yang sangat kaya. Berikut ini sekelumit saja rujukan yang menunjukkan kewajipan Khilafah:

Imam Al Mawardi, Al Ahkamush Shulthaniyah, hal. 5,

Abu Ya’la Al Farraa’, Al Ahkamush Shulthaniyah, hal.19,

Ibnu Taimiyah, As Siyasah Asy Syar’iyah, hal.161,

Ibnu Taimiyah, Majmu’ul Fatawa, jilid 28 hal. 62,

Imam Al Ghazali, Al Iqtishaad fil I’tiqad,hal. 97,

Ibnu Khaldun, Al Muqaddimah, hal.167,

Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, juz 1 hal.264,

Ibnu Hajar Al Haitsami, Ash Shawa’iqul Muhriqah, hal.17,

Ibnu Hajar A1 Asqallany, Fathul Bari, juz 13 hal. 176,

Imam An Nawawi, Syarah Muslim, juz 12 hal. 205,

Dr. Dhiya’uddin Ar Rais, Al Islam Wal Khilafah, hal.99,

Abdurrahman Abdul Khaliq, Asy Syura, hal.26,

Abdul Qadir Audah, Al Islam Wa Audla’una As Siyasiyah, hal. 124,

Dr. Mahmud Al Khalidi, Qawaid Nizham Al Hukum fil Islam, hal. 248,

Sulaiman Ad Diji, Al Imamah Al ‘Uzhma, hal.75,

Muhammad Abduh, Al Islam Wan Nashraniyah, hal. 61,

dan masih banyak lagi yang lainnya.

Adapun buku-buku yang mengingkari wajibnya Khilafah - seperti Al Islam Wa Usululul Hukm oleh Ali Abdur Raziq, Mabadi` Nizham Al Hukmi fil Islam oleh Abdul Hamid Mutawalli, Tidak Ada Negara Islam oleh Nurcholis Madjid - sebenarnya tidak perlu dianggap sebagai buku yang serius dan bermutu. Sebab isinya bertentangan dengan nas-nas syara’ yang demikian jelas dan terang. Buku-buku seperti ini tak lain hanya sampah yang kotor yang merupakan penyambung lidah kaum kafir penjajah dan agen-agennya iaitu para penguasa muslim yang zalim yang selalu memaksakan sekularisme kepada umat Islam dengan berbagai argumentasi palsu yang berkedok studi “ilmiah” atau studi “sosiohistori-objektif”, dengan tujuan untuk menghapuskan hukum-hukum Allah dari muka bumi dengan cara menghapuskan idea Khilafah yang bertanggung jawab melaksanakan hukum-hukum tersebut.


Mengembalikan Kehidupan Islam

(artikel dipetik)

Demokrasi dan Kebebasan Bersuara (Ideologi Kuffar)

Dalam sistem demokrasi yang berteraskan pemikiran sekular, empat kebebasan utama yang disucikan adalah kebebasan beragama, kebebasan bertingkah laku, kebebasan bersuara dan kebebasan berekonomi. Inilah yang dijunjung dan dipandang tinggi oleh mereka dan mereka menamakannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Perbuatan pemimpin mengkritik konsep kebebasan yang dibawa oleh Barat nampak seperti suatu yang ‘mulia’, namun hakikatnya aktiviti dakwah untuk menerapkan Islam juga turut disekat atas nama kebebasan. Tetapi jika terdapat suara-suara yang memuji dan mengampu mereka (pemimpin) sehingga melangit, maka suara ini ‘dibebaskan’ sehabis-habisnya. Jika terdapat suara untuk membetulkan pemimpin dengan Quran dan Sunah, maka suara ini tidak boleh ‘dibebaskan’, malah yang bersuara boleh dipenjarakan.

Islam bukannya berdiri atas asas kebebasan, tetapi Islam datang dan mengatur perbuatan manusia agar sesuai dengan hukum-hakam Allah swt. Sebagaimana kaedah fiqh ada menyebut, “al-aslu fi al-af’al tuqayyidu bi hukmi syar’i” (asal kepada sesuatu perbuatan itu terikat dengan hukum-hakam syarak).

Baratlah yang mempelopori idea kebebasan dan HAM ini di jajanya ke seluruh negeri kaum Muslimin. Tunjang kepada HAM adalah 'kebebasan' dan secara amnya, empat jenis kebebasan menjadi tunggak utamanya yang mana hal ini termanifestasi dari setiap peruntukan undang-undang atau amalan yang dipraktikkan di negara Barat. Wujudnya pemimpin-pemimpin boneka dan sekular pada hari ini menjadi penerus kepada legasi pemikiran kebebasan di negara umat Islam, termasuklah di Malaysia.

Empat tonggak utama kebebasan dalam sistem demokrasi yang keji ini kesemuanya adalah bertentangan dengan Islam:-

(1) Kebebasan Beraqidah/beragama: Kebebasan beraqidah menurut HAM ertinya ialah manusia berhak untuk menganut atau meyakini agama atau ideologi apa sekali pun dan berhak mengingkari atau menukar agama sesuka hati. Sebahagian kaum Muslimin yang tertipu oleh kaum kafir menyangka bahawa kebebasan beragama yang dipropagandakan oleh kaum kuffar itu tidaklah bertentangan dengan Islam. Mereka berhujah dengan Firman Allah Ta'ala, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)" [TMQ Al-Baqarah (2):256] dan ayat "Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman dan siapa sahaja yang ingin (kafir) biarlah dia kafir" [TMQ Al-Kahfi (18):29]. Mereka ini menyimpang jauh dari Islam di mana mereka tidak memahami bahawa objek pembahasan dua nas tersebut adalah berupa seruan (khitab) yang hanya ditujukan kepada orang-orang kafir. Nas tersebut menjelaskan bahawa kaum Muslimin tidak boleh memaksa orang kafir untuk masuk Islam. Kedua-dua nas ini tidak ditujukan kepada kaum Muslimin, sebab bagi seorang Muslim, ia tidak diberi pilihan lagi untuk memilih ingin kafir atau murtad. Jika seorang Muslim telah keluar dari Islam (murtad), maka dia akan diminta bertaubat dan jika dia enggan, maka hukuman hudud wajib dijatuhkan ke atasnya yakni dihukum mati. Sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi wa Sallam, "Barang siapa yang menukar agama (Islam)nya, maka bunuhlah dia" [HR Bukhari, Muslim, Ahmad]. Jadi, kebebasan beragama langsung tidak ada dalam kamus Islam, bahkan sebaliknya, seorang Muslim wajib terus memeluk agama Islam. Jelaslah bahawa seorang Muslim tidak boleh menerima idea kebebasan beragama yang diserukan oleh HAM.

(2) Kebebasan Berpendapat/bersuara: Kebebasan berpendapat menurut HAM bererti bahawa setiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat apa sahaja dalam segala perkara tanpa terikat dengan batasan apa pun. Kebebasan berpendapat ini sangat menarik perhatian sebahagian kaum Muslimin, sebab mereka selama ini hidup tertindas di bawah penguasa-penguasa yang zalim di mana mereka akan ditangkap jika bersuara menyalahi kepentingan/kehendak penguasa. Justeru, mereka melihat idea ini sesuai dengan Islam. Walhal kebebasan berpendapat yang dibawa oleh HAM ini merangkumi pendapat/pemikiran apa sahaja, walaupun pemikiran tersebut bertentangan dengan aqidah Islam seperti pemikiran tentang nasionalisme, patriotisme, pluralisme, feminisme dan sebagainya. Padahal, Islam telah memerintahkan umatnya untuk menghapuskan segala bentuk pemikiran kufur ini. Untuk mengetahui sejauh mana kebebasan ini diberikan oleh HAM, lihatlah penghinaan yang dilakukan oleh mereka terhadap Rasulullah di mana tidak ada satu tindakan pun yang diambil ke atas penghina Rasul ini kerana hal ini sememangnya dibenarkan di bawah kebebasan berpendapat yang ada dalam HAM.

Memang benar, bahawa Islam telah membolehkan seorang Muslim untuk menyatakan pendapatnya terhadap segala hal dan persoalan. Akan tetapi Islam mensyaratkan bahawa pendapat tersebut wajib terpancar dari aqidah Islam atau di bangun berasaskannya, serta tetap berada dalam lingkungan Islam. Oleh itu, seorang Muslim berhak menyatakan pendapat apa sahaja selama mana pendapat tersebut masih bersandar kepada dalil syara' atau berada dalam batas-batas syara'. Lebih dari itu, Islam sesungguhnya telah lama (sebelum wujud HAM lagi) membenarkan, malah mewajibkan seorang Muslim untuk menyeru (berdakwah) manusia kepada Islam, melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, bersuara dengan menegur kesalahan saudaranya atau kesalahan pemerintah sekali pun. Islam bukan sekadar menjadikannya satu hak, malah merupakan tanggungjawab terhadap setiap Muslim untuk melakukan muhasabah sesama Muslim, yang mana hal ini langsung tidak ada kena mengena dengan HAM yang baru muncul pada tahun 1948 ini.

(3) Kebebasan Kepemilikan: Adapun kebebasan hak milik menurut idea HAM ini bererti manusia berhak memiliki segala sesuatu sesuka hatinya dan menggunakan segala sesuatu miliknya itu sesuka hati juga, selama hal itu tidak melanggar hak-hak orang lain. Maksudnya, selama tidak melanggar hak-hak yang diakui oleh sistem dan undang-undang yang mereka gubal. Hal ini bererti manusia berhak memiliki segala sesuatu baik yang dihalalkan oleh Allah mahupun yang diharamkanNya, kerana yang menjadi ukuran adalah undang-undang buatan manusia, bukannya undang-undang Allah. Contohnya manusia berhak memiliki harta dari wang riba atau perjudian (kerana undang-undang manusia membenarkan) dan manusia juga berhak memiliki barang-barang yang termasuk dalam pemilikan umum (public property) seperti minyak, gas, pantai dan sungai-sungai, malah mana-mana individu tidak dihalang dari memiliki harta/saham yang jelas-jelas diharamkan Allah seperti syarikat judi, bank riba, syarikat insurans, rumah pelacuran dan sebagainya. Kebebasan ini telah menimbulkan pula akumulasi kekayaan yang melimpah ruah di tangan segelintir orang yang disebut sebagai para kapitalis. Ada pun Islam menjelaskan bahawa seorang Muslim itu hanya berhak memiliki harta yang dihalalkan oleh Allah sahaja dan haram baginya memiliki apa sahaja yang diharamkan oleh syara'. Islam telah membahagi dan membezakan hak pemilikan kepada tiga kategori iaitu pemilikan individu (milkiyyah al-fardiah), pemilikan umum (milkiyyah al-'ammah) dan pemilikan negara (milkiyyah ad-daulah) yang setiap satunya diperincikan oleh nas-nas yang jelas. Kontradiksi kebebasan kepemilikan di bawah HAM dengan pemilikan dalam Islam adalah teramat jelas, sehingga kaum Muslimin diharamkan mengamalkan idea kebebasan di dalam memiliki sesuatu kecuali wajib berpegang kepada halal dan haram.

(4) Kebebasan Bertingkah laku: Menurut HAM, kebebasan bertingkah laku bererti setiap orang berhak menjalani kehidupan peribadi semahunya, asalkan tidak melanggar kehidupan peribadi orang lain. Berdasarkan hal ini, seorang lelaki dan wanita bebas untuk berdua-duaan, bercium atau berzina sekalipun selama mana kedua-duanya redha. Tidak ada apa yang dinamakan halal atau haram di dalam HAM, yang penting, semua orang boleh melakukan setiap perbuatan di dalam ruang lingkup undang-undang yang dibuat oleh manusia. Justeru, boleh sahaja jika perempuan tidak mahu bertudung atau lelaki mahu berseluar pendek di khalayak ramai kerana tidak ada undang-undang yang menghalangnya. Praktik kebebasan bertingkah laku di bawah HAM ini telah menimbulkan kerosakan yang amat mengerikan yang sudah tidak dapat dibayangkan lagi. Konsep kebebasan ini langsung tidak ada di dalam Islam dan umat Islam langsung tidak memerlukan HAM untuk mengatur tingkah laku mereka. Setiap individu Muslim wajib 'terikat' dengan hukum Allah. Tingkah laku manusia justeru wajib diatur dengan hukum syara' dan Islam telah lama mengatur hal ini sesuai dengan perintah dan larangan Allah.

Ringkasnya, konsep kebebasan yang dijunjung dalam sistem demokrasi sebenarnya tidak lebih dari sebuah sampah yang ada dalam peradaban manusia. Ia adalah konsep yang wujud dalam sebuah sistem kufur-demokrasi yang sama sekali bertentangan dengan Islam. Justeru, baik demokrasi mahupun kebebasan yang terkandung di dalamnya, kedua-duanya perlu dibuang dari kehidupan ini agar bau busuk dan kejijikan yang dibawa keduanya tidak lagi merosakkan manusia di bumi Allah ini.

artikel dipetik

Monday, September 1, 2008

Semalu Pun Tahu Malu

Semalu Pun Tahu Malu

Pada suatu hari, Rasulullah s.a.w
berjalan-jalan bersama puteri
baginda, Saidatina Fatimah r.a.
tetibanya mereka berdua di bawah
sebatang pohon tamar, Fatimah terpijak
tumbuhan semalu, kakinya
berdarah lalu mengadu kesakitan.

Fatimah mengatakan kepada bapanya
apalah gunanya pohon semalu itu
berada di situ dengan nada yang
sedikit marah. Rasulullah dengan
tenang berkata kepada puteri
kesayangannya itu bahawasanya pohon
semalu itu amat berkait rapat dengan
wanita. Fatimah terkejut.
Rasulullah menyambung kata-katanya
lagi. Para wanita hendaklah
mengambil pengajaran daripada pohon
semalu ini dari 4 aspek.

Pertama, pohon semalu akan kuncup
apabila disentuh. Ini boleh
diibaratkan bahawa wanita perlu
mempunyai perasaan malu (pada
tempatnya).

Kedua, semalu mempunyai duri yang
tajam untuk mempertahankan
dirinya. Oleh itu, wanita perlu tahu
mempertahankan diri dan maruah
sebagai seorang wanita muslim.

Ketiga, semalu juga mempunyai akar
tunggang yang sangat kuat. Ini
bermakna wanita solehah hendaklah
mempunyai
keterikatan yang sangat kuat dengan
Allah Rabbul Alamin.

Dan akhir sekali, semalu akan kuncup
dengan sendirinya apabila senja
menjelang. Oleh itu, para wanita
sekalian, kembalilah ke rumahmu
apabila waktu semakin senja.

Ambillah pengajaran dari semalu walau
pun ia hanya sebuah tumbuhan
yang kecil.

(karya dipetik)

COUPLE BAGI REMAJA SEKARANG

BERCOUPLE BUKAN BUDAYA UMAT ISLAM
YANG BERIMAN

BERCOUPLE, setiap kali kita mendengarnya akan
terlintas di benak kita sepasang insan yang
sedang mabuk cinta dan dilanda
asmara
. Saling
mengungkapkan rasa sayang serta rindu, yang
kemudiannya memasuki sebuah biduk pernikahan.
Lalu kenapa harus dipermasalahkan? Bukankah
cinta itu fitrah setiap anak adam? Bukankah setiap
orang memerlukan masa penyesuaian sebelum
pernikahan?

CINTA, Fitrah Setiap Manusia,
MANUSIA diciptakan oleh ALLAH SWT dengan
membawa fitrah (insting) untuk mencintai lawan
jenisnya. Sebagaimana firman-NYA; Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, iaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi ALLAH lah tempat kembali yang baik
(Syurga). (Ali Imran: 14).

Berkata Imam Qurthubi: ALLAH SWT memulai
dengan wanita kerana kebanyakan manusia
menginginkannya, juga kerana mereka merupakan
jerat-jerat syaitan yang menjadi fitnah bagi kaum
lelaki, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW; Tiadalah aku tinggalkan setelahku selain
fitnah yang lebih berbahaya bagi lelaki daripada
wanita. (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Ibnu Majah)

Oleh kerana cinta merupakan fitrah manusia, maka
ALLAH SWT menjadikan wanita sebagai perhiasan
dunia dan nikmat yang dijanjikan bagi orang-orang
beriman di syurga dengan bidadarinya.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a. berkata;
Rasulullah SAW bersabda; Dunia ini adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita yang solehah. (Hadis Riwayat Muslim,
NasaI, Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi)

ALLAH berfirman; Di dalam syurga-syurga itu ada
bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
(ar-Rahman: 70)

Namun, Islam tidak membiarkan fitnah itu
mengembara tanpa batasannya. Islam telah
mengatur dengan tegas bagaimana menyalurkan
cinta, juga bagaimana batasan pergaulan antara
dua insan berlawanan jenis sebelum nikah, agar
semuanya tetap berada pada landasan etika dan
norma yang sesuai dengan syariat.

ETIKA PERGAULAN DAN BATAS PERGAULAN DI
ANTARA LELAKI DAN WANITA MENURUT ISLAM.

1.Menundukkan pandangan:
ALLAH memerintahkan kaum lelaki untuk
menundukkan pandangannya, sebagaimana firman-
NYA; Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. (an-
Nuur: 30)
Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada
kaum wanita beriman, ALLAH berfirman; Dan
katakanlah kepada wanita yang
beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. (an-
Nuur: 31)
2.Menutup Aurat;
ALLAH berfirman dan jangan lah mereka
mennampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa
nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
melabuhkan kain tudung ke dadanya. (an-Nuur: 31)
Juga Firman-NYA; Hai nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: Hendaklah mereka
melabuhkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenali, kerana itu mereka tidak diganggu. Dan
ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (an-Nuur: 59).
Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua
jenis. Dari Abu Daud Said al-Khudri r.a. berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seseorang
lelaki memandang aurat lelaki, begitu juga dengan
wanita jangan melihat aurat wanita.
3.Adanya pembatas antara lelaki
dengan wanita;
Kalau ada sebuah keperluan terhadap kaum yang
berbeza jenis, harus disampaikan dari balik tabir
pembatas.
Sebagaimana firman-NYA; Dan apabila kalian
meminta sesuatu kepada mereka (para wanita)
maka mintalah dari balik hijab. (al-Ahzaab: 53)
4.Tidak berdua-duaan Di Antara Lelaki
Dan Perempuan;
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seorang
lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita
kecuali bersama mahramnya. (Hadis Riwayat
Bukhari & Muslim)
Dari Jabir bin Samurah berkata; Rasulullah SAW
bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian
berdua-duan dengan seorang wanita, kerana
syaitan akan menjadi ketiganya. (Hadis Riwayat
Ahmad & Tirmidzi dengan sanad yang sahih)
5.Tidak Melunakkan Ucapan
(Percakapan):
Seorang wanita dilarang melunakkan ucapannya
ketika berbicara selain kepada suaminya. Firman
ALLAH SWT; Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian
tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara (berkata-kata yang menggoda) sehingga
berkeinginan orang yang ada penyakit di dalam
hatinya tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan
yang baik. (al-Ahzaab: 32)
Berkata Imam Ibnu Kathir; Ini adalah beberapa
etika yang diperintahkan oleh ALLAH kepada para
isteri Rasulullah SAW serta kepada para wanita
mukminah lainnya, iaitu hendaklah dia kalau
berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu,
dalam pengertian janganlah seorang wanita
berbicara dengan orang lain sebagaimana dia
berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir
3/350)
6.Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan
Jenis;
Dari Maqil bin Yasar r.a. berkata; Seandainya
kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu
masih lebih baik daripada menyentuh kaum wanita
yang tidak halal baginnya. (Hadis Hasan Riwayat
Thabrani dalam Mujam Kabir)
Berkata Syaikh al-Abani Rahimahullah; Dalam
hadis ini terdapat ancaman keras terhadap orang-
orang yang menyentuh wanita yang tidak halal
baginya. (Ash-Shohihah 1/448) Rasulullah SAW
tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam
saat-saat penting seperti membaiat dan lain-
lainnya. Dari Aishah berkata; Demi ALLAH,
tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan
wanita sama sekali meskipun saat membaiat.
(Hadis Riwayat Bukhari)

Inilah sebahagian etika pergaulan lelaki dan wanita
selain mahram, yang mana apabila seseorang
melanggar semuanya atau sebahagiannya saja
akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW; Dari Abu Hurairah r.a. dari
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya
ALLAH menetapkan untuk anak adam bahagiannya
dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata
dengan memandang, zina lisan dengan berbicara,
sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-
angan, lalu farji yang akan membenarkan atau
mendustakan semuanya. (Hadis Riwayat Bukhari,
Muslim & Abu Daud)
Padahal ALLAH SWT telah melarang perbuatan
zina dan segala sesuatu yang boleh mendekati
kepada perbuatan zina. Sebagaimana Firman-
NYA; Dan janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan jalan yang buruk. (al-Isra: 32)


Hukum Bercouple

SETELAH memerhatikan ayat dan hadis tadi, maka
tidak diragukan lagi bahawa bercouple itu haram,
kerana beberapa sebab berikut:

1.Orang yang bercouple tidak mungkin
menundukkan pandangannya terhadap kekasihnya.
2.Orang yang bercouple tidak akan
boleh menjaga hijab.
3.Orang yang bercouple biasanya
sering berdua-duaan dengan pasangan
kekasihnya, baik di dalam rumah atau di luar rumah.
4.Wanita akan bersikap manja dan
mendayukan suaranya saat bersama kekasihnya.
5.Bercouple identik dengan saling
menyentuh antara lelaki dan wanita, meskipun itu
hanya berjabat tangan.
6.Orang yang bercouple, boleh
dipastikan selalu membayangkan orang yang
dicintainya.

Dalam kamus bercouple, hal-hal tersebut adalah
lumrah dilakukan, padahal satu hal saja cukup
untuk mengharamkannya, lalu apatah lagi
kesemuanya atau yang lain-lainnya lagi?

Fatwa Ulama

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin ditanya
tentang hubungan cinta sebelum nikah.
Jawab beliau; Jika hubungan itu sebelum nikah,
baik sudah lamaran atau belum, maka hukumnya
adalah haram, kerana tidak boleh seseorang untuk
bersenang-senang dengan wanita asing (bukan
mahramnya) baik melalui ucapan, memandang,
atau berdua-duaan. Sebagaimana Rasulullah SAW
bersanda: Janganlah seorang lelaki bedua-duaan
dengan seorang wanita kecuali ada bersama-
sama mahramnya, dan janganlah seseorang
wanita berpergian kecuali bersama mahramnya.
Syaikh Abdullah bin abdur Rahman al-Jibrin
ditanya; Jika ada seseorang lelaki yang
berkoresponden dengan seorang wanita yang
bukan mahramnya, yang pada akhirnya mereka
saling mencintai, apakah perbuatan itu haram?
Jawab beliau; Perbuatan itu tidak diperbolehkan,
kerana boleh menimbulkan syahwat di antara
keduanya, serta mendorongnya untuk bertemu dan
berhubungan, yang mana koresponden semacam
itu banyak menimbulkan fitnah dan menanamkan
dalam hati seseorang untuk mencintai penzinaan
yang akan menjerumuskan seseorang pada
perbuatan yang keji, maka dinasihati kepada setiap
orang yang menginginkan kebaikan bagi dirinya
untuk menghindari surat-suratan, pembicaraan
melalui telefon, serta perbuatan semacamnya demi
menjaga agama dan kehormatan dirinya.
Syaikh Jibrin juga ditanya; Apa hukumnya kalau
ada seorang pemuda yang belum menikah
menelefon gadis yang juga belum menikah?
Jawab beliau; Tidak boleh berbicara dengan
wanita asing (bukan mahram) dengan
pembicaraan yang boleh menimbulkan syahwat,
seperti rayuan, atau mendayukan suara (baik
melalui telefon atau lainnya). Sebagaimana firman
ALLAH SWT; Dan janganlah kalian melembutkan
suara, sehingga berkeinginan orang-orang yang
berpenyakit di dalam hatinya. (al-Ahzaab: 32).
Adapun kalau pembicaraan itu untuk sebuah
keperluan, maka hal itu tidak mengapa apabila
selamat daripada fitnah, akan tetapi hanya sekadar
keperluan.

Syubhat Dan Jawapan Yang Sebenarnya

Keharaman bercouple lebih jelas dari matahari di
siang hari. Namun begitu masih ada yang
berusaha menolaknya walaupun dengan dalil yang
sangat rapuh, antaranya:

Tidak Boleh dikatakan semua cara bercouple itu
haram, kerana mungkin ada orang yang bercouple
mengikut landasan Islam, tanpa melanggar syariat

Jawabnya: Istilah bercouple berlandaskan Islam
itu Cuma ada dalam khayalan, dan tidak pernah
ada wujudnya. Anggap sajalah mereka boleh
menghindari khalwat, menyentuh serta menutup
aurat. Tetapi tetap tidak akan boleh menghindari
dari saling memandang, atau saling
membayangkan kekasihnya dari masa ke semasa.
Yang mana hal itu jelas haram berdasarkan dalil
yang kukuh.

Biasanya sebelum memasuki alam perkahwinan,
perlu untuk mengenal terlebih dahulu calon
pasangan hidupnya, fizikal, karaktor, yang mana
hal itu tidak akan boleh dilakukan tanpa bercouple,
kerana bagaimanapun juga kegagalan sebelum
menikah akan jauh lebih ringan daripada kalau
terjadi setelah menikah.

Jawabnya: Memang, mengenal fizikal dan karaktor
calon isteri mahupun suami merupakan satu hal
yang diperlukan sebelum memasuki alam
pernikahan, agar tidak ada penyesalan di kemudian
hari. Namun, tujuan ini tidak boleh digunakan untuk
menghalalkan sesuatu yang telah sedia haramnya.

Ditambah lagi, bahawa orang yang sedang jatuh
cinta akan berusaha bertanyakan segala yang baik
dengan menutupi kekurangannya di hadapan
kekasihnya. Juga orang yang sedang jatuh cinta
akan menjadi buta dan tuli terhadap perbuatan
kekasihnya, sehingga akan melihat semua yang
dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu
Darda; Cintamu pada sesuatu membuatmu buta
dan tuli.

Fenomena Couple

Dalam situasi terkini, fenomena pergaulan bebas
dan pengabaian terhadap nilai-nilai murni Islam
berlaku pada tahap yang amat membimbangkan.
Kebanyakan umat Islam kini tidak lagi menitik
beratkan nilai-nilai dan adab-adab sopan yang
dianjurkan oleh Islam melalui al-Quran dan sunnah
rasul-NYA. Mereka bukan setakat
mengabaikannya dan menganggap perkara itu
tidak penting, bahkan mereka menganggapkannya
sebagai satu perkara yang menyusahkan aktiviti
mereka yang menurutkan nafsu dan perasaan
semata-mata itu. Nauzubillah

Marilah kita sama-sama menjauhi perkara yang
seumpama itu dan mejauhi hal-hal yang telah
dilarang (haram). Tegakkanlah yang benar dan
katakanlah salah kepada yang batil. Janganlah
berhujah untuk membenarkan perkara yang telah
terang haramnya di sisi Allah...

(artikel dipetik)

COUPLE di atas adalah COUPLE KEBIASAAN REMAJA HARI INI yg tidak mengenal HALAL dan HARAM dan tidak menyertakan niat utk BERNIKAH di samping menjaga batas2 pergaulan... Jika ingin bernikah di jalan ALLAH dan sunnah Rasulullah.. maka ISLAM ada caranya... ada tata tertibnya... ada adabnya... ada batas2 nya hatta yg dah bertunang sekalipun.. inikan pula couple... Wallahua'lam...

Kita Sebenarnya

Kita sebenarnya lebih gembira menyambut 1hb Januari daripada 1 Muharram
Kite sebenarnya lebih seronok kedatangan 1 Syawal daripada 1 Ramadhan
kita sebenarnya lebih tahu apa itu 14 Februari daripada 12 Rabiulawal
kita sebenarnya lebih membesarkan hari Sabtu, Ahad daripada hari Jumaat
kita sebenarnya lebih khusyuk mendengar lagu daripada mendengar azan
kita sebenarnya lebih suka lepak, tengok tv daripada sembahyang
kita sebenarnya lebih tahu tentang artis pujaan kita daripada nama dan kisah nabi-nabi Allah
kita sebenarnya lebih suka sebut hello daripada melafazkan ucapan assalamu'alaikum
kita sebenarnya lebih suka menyanyi daripada berwirid, bertahmid dan berzikir
kita sebenarnya lebih suka memuji manusia daripada memuji Pencipta
kita sebenarnya lebih suka membaca majalah hiburan daripada membaca al-Quran dan buku-buku agama
kita sebenarnya lebih suka ke konsert daripada menghadiri ceramah agama dan majlis-majlis ilmu
kita sebenarnya lebih suka memaki, mengumpat orang daripada menyebut MasyaAllah
kita sebenarnya lebih suka mencari keburukan daripada memuji kebaikan manusia
kita sebenarnya lebih suka membuat kemungkaran daripada berbuat kebaikan
kita sebenarnya lebih bangga dengan kejahilan daripada bersyukur dengan keimanan dan berusaha menambahkan keimanan kita
kita sebenarnya lebih cintakan urusan dunia daripada urusan akhirat
TETAPI bila orang tanya arah tujuan kita, kita pasti akan menjawab KITA SEBENARNYA..lebih suka menuju ke syurga daripada neraka. Tanya pada diri sendiri..layakkah kita menghuni syurga milik Allah SWT?

(karya dipetik)

Boleh Taat Tapi Tidak Setia

Boleh Taat Tapi Tidak Setia

Ada orang tidak taat dan tidak setia
Sama ada dengan Tuhan atau dengan manusia
Itu perkara biasa
Tapi adakalanya kita tidak sedari di dalam kehidupan ini
Sering berlaku kepada orang yang agak beragama
Boleh taat tapi tidak setia
Sanggup menerima arahan tapi tidak ada tanggungjawab
Boleh beribadah tapi derhaka
Boleh menerima suruhan tapi tidak beradab
Teringat dosa kemudian melakukannya
Boleh berbuat tapi tidak sempurna
Atau sanggup berkhidmat tapi tercacat dan tercela
Atau boleh taat tapi jiwa menderita
Keindahan di dalam ketaatan tidak ada
Lazat didalam beramal belum dirasa
Kerana itulah iman sentiasa yazid wa yanqus
Adakalanya bertambah,adakalanya berkurang
Dia tidak mahu bertambah dan terus bertambah
Tapi janganlah berputus asa
Lepas berbuat mengaku dosa
Setelah berbuat mintalah ampun dan maaf
Mintalah kepada Tuhan dengan rahmat-Nya terima jugalah
Pohonlah kepada Tuhan Ar Rahman
Dengan rahmat-Nya yang cacat itu tampunglah

Harapan & Impian

Harapan & Impian

kalau kita ada impian
Serahkanlah kepada Allah
kerana kita tidak mampu
Memikulnya seorang diri

kerna bersendiri tanpaNYA
akan mudah didorong syaitan
gelincir ke lorong maksiat
Maka impian itu pasti ternoda
akan kabur dan hampir pasti
terhapus dalam alpa

kalau Impian ini
tidak diserahkan padaNYA
mungkin ia beralih arah
dan akhirnya tersesat tiada pedoman
menjadikan kita hilang harapan padaNYA

Maka apa jua impian murni
kembalikanlah padaNYA
Agar dengan izinNYA
Impian itu tidak hilang
untuk didakap akhirnya
bila tiba saat dan ketikanya

dan jika impian itu
sudah terang dan jelas
bukan untuk didakap kita
maka janganlah ia dibakar hangus

sebaliknya kita teruslah menyiramnya
dengan air kesabaran
dan bajai dengan pengharapan pada NYA
agar impian itu bercambah
dan akhirnya berbuah dengan izinNYA
maka buah itu akan lebih baik
dan lebih bernilai untuk kita...

dan ingatlah buah itu dari pokok asalnya
bukanlah dipetik dari impian yang lain
yang kita tidak ketahui adakah ia benih
yang tulen ataupun palsu...

Surat Hawa Untuk Adam

Surat Hawa Untuk Adam..
Oh Adam... Maafkan aku jika coretan ini memanaskan hatimu. Sesungguhnya aku adalah Hawa, temanmu yg kau pinta semasa kesunyian di syurga dahulu. Aku asalnya dr tulang rusukmu yg bengkok. Jadi tdk hairanlh jika perjalanan hidupku sentiasa inginkan bimbingan darimu, sentiasa mau terpesong dr landasan, krn aku buruan syaitan. Adam.. Maha suci Allah yg mentakdirkan kaumku lebih ramai bilangannya dr kaummu dia akhir zaman, itulh sebenarnya ketelitian Allah dlm urusanNya. Jika bilangan kaummu mengatasai kaumku nescaya merahlah dunia krn darah manusia, kacau-bilaulah suasana, Adam sama Adam bermusuhan krn Hawa. Buktinya cukup nyata dr peristiwa Habil dan Qabil sehinggalah pd zaman cucu-cicitny. Pun jika begitu maka tdk selaraslah undang2 Allah yang mengharuskan Adam beristeri lebih dr 1 tp tdk lebih dr 4 pd 1 waktu. Adam.. Bukan krn ramainya isterimu yg membimbangkan aku. Bukan krn sedikitnya bilanganmu yg merunsingkan aku. Tp, aku risau, gundah & gulana menyaksikan tingkahmu. Aku sejak dulu lg sudah tau bhw aku mesti tunduk ketika menjadi isterimu. Namun, terasa berat pula untukku menyatakan isi perkara. Adam.. Aku tahu bahawa dlm Al-Quran ada ayat yg menyatakan kaum lelaki adalah menguasai terhadap kaum wanita. Kau diberi amanah utk mendidik aku, kau diberi tanggungjawab utk menjaga aku, memerhati & mengawasi aku agar sentiasa didalam redha Tuhanku & Tuhanmu. Tapi Adam, nyata dan rata-rata apa yang sudah terjadi pada kaumku kini, aku dan kaumku telah ramai menderhakaimu. Ramai yang telah menyimpang dari jalan yang ditetapkan Asalnya Allah mengkehendaki aku tinggal tetap dirumah. Di jalan-jalan, di pasar-pasar, di bandar-bandar bukan tempatku. Jika terpaksa aku keluar dari rumah seluruh tubuhku mesti ditutup dari hujung kaki sampai hujung rambut. Tapi.. realitinya kini, Hawa telah lebih dari sepatutnya. Adam... Mengapa kau biarkan aku begini? Aku jadi ibu, aku jadi guru, itu sudah tentu katamu. Aku ibu dan guru kepada anak-anakmu. Tapi sekarang diwaktu yang sama, aku ke muka menguruskan hal negara, aku ke hutan memikul senjata. Padahal, kau duduk saja. Ada diantara kau yg menganggur tiada kerja. Kau perhatikan saja aku panjat tangga di pejabat bomba, kainku tinggi menyingsing peha mengamankan negara. Apakah kau sekarang x lagi seperti dulu? Apakah sudah hilang kasih sucimu terhadapku? Adam.. Marahkah kau jika kukatakan andainya Hawa terpesong, maka Adam yg patut tanggung! Kenapa? Mengapa begitu ADAM? Ya! Ramai orang brkata jika anak jahat emak-bapak x pandai didik, jika murid bodoh, guru yg x pandai mengajar! Adam kau selalu berkata, Hawa memang degil, x mahu dengar kata, x mudah makan nasihat, kepala batu, pada hematku yg dhaif ini Adam, sharusnya kau tanya dirimu, apakah didikanmu terhadapku sama spt didikan Nabi Muhammad SAW terhadap isteri-isterinya? Adakah Adam melayani Hawa sma sprt psikologi Muhammad trhadap mereka? Adakah akhlak Adam boleh dijadikan contoh terhadap kaum Hawa? Adam... Kau sebenarnya imam & aku adalah makmummu, aku adalah pengikut2mu kerana kau adalah ketua. Jika kau benar, maka benarlah aku. Jika kau lalai, lalailah aku. Kau punya klebihn akal manakala aku klebihn nafsu. Akalmu 9, nafsumu 1. Aku..akalku 1 nafsuku beribu! Dr itu Adam..pimpinlah tanganku, krn aku sering lupa, lalai & alpa, sering aku tergelincir ditolak sorong oleh nafsu dan kuncu2nya. Bimbinglah daku utk mnyelami kalimah Allah, perdengarkanlah daku kalimah syahdu dr Tuhan agr menerangi hidupku. Tiuplah roh jihad ke dlm dadaku agr aku mjadi mujahidah kekasih Allah. Adam.. Andainya kau masih lalai & alpa dgn karenahmu sndiri, msih segan mengikut langkah para sahabat, msih gentar mncegah mungkar, maka kita tunggu & lihatlah, dunia ini akn hancur bila kaumku yg akan memerintah. Malulah engkau Adam, malulah engkau pd dirimu semalulah engkau pada dirimu sendiri dan pada Tuhanmu yang engkau agungkan itu..